Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan :
رَأْسُ الْأَدَبِ عِنْدَنَا أَنْ يَعْرِفَ الرَّجُلُ قَدْرَهُ
“Inti atau kata kunci adab menurut kami adalah tahu diri kapasitas.” (Al-Muntakhab Min Mu’jam Syuyukh as-Sam’ani hlm 668 )
Kiat inti agar seorang itu menjadi orang yang beradab, beretika dan punya sopan santun adalah tahu kapasitas diri, menyadari siapa dan bagaimana dirinya serta tahu aib dan kekurangan diri sendiri.
Kiat ini berlaku di berbagai bidang, situasi dan kondisi.
Dalam ibadah dan ketaatan, orang yang sadar diri bahwa banyak maksiat pada dirinya tentu tidak akan merasa dan bersikap seakan sudah benar benar sholih dan bertakwa.
Dalam ilmu agama, jika seorang itu menyadari bahwa bukanlah seorang pembelajar dalam beragam ilmu agama dia tidak akan komentar bidang ilmu yang tidak dia kuasai.
Jika seorang itu menyadari bahwa dirinya bukan seorang pakar dalam bidang fikih dia tidak akan mendebat orang yang puluhan tahun mengkaji masalah fikih, tidak akan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas kepada para imam, raksasa ilmu dan seterusnya.
Dalam ilmu dunia, jika seorang itu sadar bahwa dia bukanlah pakar ilmu kesehatan tentu akan memberikan penghormatan yang semestinya ketika pakar di bidang tersebut berbicara berdasarkan ilmunya.
Dalam masalah akhlak, jika seorang itu sadar bahwa dirinya punya banyak kekurangan dalam bidang akhlak lalu melihat orang lain punya akhlak yang buruk dia akan banyak bercermin.
Di bidang interaksi, ketika seorang itu sadar bahwa dia belum bisa menjadi ayah yang baik, ibu yang sempurna, suami yang perfect, isteri yang bagai bidadari, tetangga yang baik, sahabat yang ideal dst akan mudah baginya meminta maaf bila melakukan kesalahan dan mudah memaafkan orang lain.
Mudah meminta maaf dan ringan memaafkan adalah diantara kunci pokok terwujudnya kehidupan yang penuh kenyamanan dan kebahagiaan
Inti pokok pendidikan adalah menanamkan adab pada anak didik.
Sehingga nilai pokok yang wajib ditanamkan oleh ortu, guru dan dosen, guru ngaji dan para pendidik secara umum kepada anak didiknya adalah nilai sadar dan tahu kapasitas diri.
Kegagalan penanaman nilai ini adalah kegagalan pendidikan. Pendidikan yang hanya menghasilkan orang-orang yang sombong dengan kepandaiannya, memiliki kesombongan akademik dan tidak sadar kekurangan diri adalah kegagalan terbesar sebuah proses pendidikan.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.